Kaum Khawarij
bisa dibilang menjadi salah satu gerakan Islam yang paling tua dalam sejarah
dunia.
Khawārij
(bahasa Arab: خوارج baca Khowaarij, secara harfiah berarti "mereka yang
keluar") ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang
awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya.
Asal Mula
Khawarij
Khawarij pertama
kali muncul pada pertengahan abad ke-7, terpusat di daerah yang kini ada di
Irak selatan, dan merupakan bentuk yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah. Gerakan
Khawarij berakar sejak Khalifah Utsman bin Affan dibunuh, dan kaum Muslimin
kemudian mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ketika itu, kaum
Muslimin mengalami kekosongan kepemimpinan selama beberapa hari.
Kabar kematian
'Ustman kemudian terdengar oleh Mu'awiyyah bin Abu Sufyan. Mu’awiyyah yang
masih memiliki hubungan kekerabatan dengan 'Ustman bin Affan, merasa berhak
menuntut balas atas kematian 'Ustman.
Mendengar
berita ini, orang-orang Khawarij pun ketakutan, kemudian menyusup ke pasukan
Ali bin Abi Thalib. Mu'awiyyah berpendapat bahwa semua orang yang terlibat
dalam pembunuhan 'Ustman harus dibunuh, sedangkan Ali berpendapat yang dibunuh
hanya yang membunuh 'Ustman saja, karena tidak semua yang terlibat pembunuhan
diketahui identitasnya.
Akhirnya
meletuslah Perang Siffin karena perbedaan dua pendapat tadi. Kemudian
masing-masing pihak mengirim utusan untuk berunding, dan terjadilah perdamaian
antara kedua belah pihak.
Melihat hal
ini, orang-orang Khawarij pun menunjukkan jati dirinya dengan keluar dari
pasukan Ali bin abi Thalib. Mereka (Khawarij) merencanakan untuk membunuh
Mu'awiyyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib, tapi yang berhasil mereka
bunuh hanya Ali bin Abi Thalib saja. Orang-orang Khawarij ini keluar dari
kepimpinan Ali bin Abi Thalib dengan dalih salah satunya bahwa Ali tidak tegas.
Orang Khawarij
ketika itu sering berkumpul di suatu tempat yang disebut Khouro—di daerah
Kufah. Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al Khoruriyyah.
Dalam mengajak
umat mengikuti garis pemikiran mereka, kaum Khawarij sering menggunakan
kekerasan dan pertumpahan darah.
Perkembangan
Khawarij
Khawarij
terbagi menjadi delapan besar firqah, dan dari delapan firqah besar tersebut
masih terbagi lagi dalam firqah-firqah kecil yang jumlahnya sangat banyak.
Pepercahan inilah yang membuat Khawarij menjadi lemah dan mudah sekali
dipatahkan dalam berbagai pertempuran menghadapi kekuatan militer Bani Umayyah.
Khawarij
menganggap perlu pembentukan Republik Demokrasi Arab, mereka menganggap
pemerintahan Bani Umayyah sama seperti pemerintahan kaum Aristokrat Barat.
Sekalipun Khawarij
telah beberapa kali memerangi Ali dan melepaskan diri dari kelompok Ali, dari
mulut mereka masih terdengar kata-kata haq. Iman Al Mushannif misalnya, pada
akhir hayatnya mengatakan,”Janganlah kalian memerangi Khawarij sesudah aku
mati. Tidaklah sama orang yang mencari kebenaran kemudian dia salah, dengan
mencari kebathilan lalu ia dapatkan. Amirul mukminin mengatakan, bahwa Khawarij
lebih mulia daripada Bani Umayyah dalam tujuannya, karena Bani Umayyah telah
merampas khalifah tanpa hak, kemudian mereka menjadikannya hak warisan. Hal ini
merupakan prinsip yang bertentangan dengan Islam secara nash dan jiwanya.
Adapun Khawarij adalah sekelompok manusia yang membela kebenaran aqidah agama,
mengimaninya dengan sungguh-sungguh, sekalipun salah dalam menempuh jalan yang
dirintisnya”.
Khalifah yang
adil Umar bin Abdul Azis, menguatkan pendapat khalifah keempat yakni Ali, dalam
menilai Khawarij dan berbaik sangka kepada mereka, “Aku telah memahami bahwa
kalian tidak menyimpang dari jalan hanya untuk keduniaan, namun yang kalian
cari adalah kebahagian di akhirat, hanya saja kalian menempuh jalan yang
salah”.
Sebetulnya,
yang merusak citra Khawarij adalah sikap mereka yang begitu mudah menumpahkan
darah, terlebih lagi darah umat Islam yang menentang atau berbeda dengan
pemikiran mereka. Dalam pandangan mereka darah orang Islam yang menyalahi
pemikiran mereka lebih murah dibanding darah non-Muslim.
Prinsip-Prinsip
Khawarij
Walaupun
Khawarij berkelompok-kelompok dan bercabang-cabang, mereka tetap berpandangan
sama dalam dua prinsip :
Pertama;
Persamaan pandangan mengenai kepemimpinan. Mereka sepakat bahwa khalifah
hendaknya diserahkan mutlak kepada rakyat untuk memilihnya, dan tidak ada
keharusan dari kabilah atau keturunan tertentu, seperti Quraisy atau keturunan
Nabi.
Kedua;
Persamaan pandangan yang berkenaan dengan aqidah. Mereka berpendapat bahwa
mengamalkan perintah-perintah agama adalah sebagian dari iman, bukan iman
secara keseluruhan. (sa/Wikipedia/forum.dudung/berbagaisumber)
Sifat‑sifat
Khawarij
1. Mencela dan
Menyesatkan (الطعن والتضليل)
Orang‑orang
Khawarij sangat mudah mencela dan menganggap sesat Muslim lain, bahkan Rasul
saw. sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian ghanimah. Kalau terhadap Rasul
sebagai pemimpin umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang
lainnya, tentu dengan mudahnya mereka menganggap kafir. Mereka mengkafirkan
Ali, Muawiyah, dan sahabat yang lain. Fenomena ini sekarang banyak bermunculan.
Efek dari mudahnya mereka saling mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah
pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka perbuat.
2. Buruk Sangka
(سوء الظن)
Fenomena sejarah
membuktikan bahwa orang‑orang Khawarij adalah kaum yang paling mudah berburuk
sangka. Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak adil
dalam pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha
Allah. Mereka tidak cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw.
melebihkan pembesar‑pembesar dibanding yang lainnya. Padahal itu dilakukan
Rasulullah saw. dalam rangka dakwah dan ta’liful qulub. Mereka juga menuduh
Utsman sebagai nepotis dan menuduh Ali tidak mempunyai visi kepemimpinan yang
jelas.
3. Berlebih‑lebihan
dalam ibadah (المبالغة في العبادة)
Ini dibuktikan
oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana, pakaian
mereka sampai terlihat serat‑seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka
mereka pucat karena jarang tidur malam, jidat mereka hitam karena lama dalam
sujud, tangan dan kaki mereka ‘kapalan’. Mereka disebut quro’ karena bacaan
Al-Qur’annya bagus dan lama. Bahkan Rasulullah saw. sendiri membandingkan ibadah
orang‑orang Khawarij dengan sahabat yang lainnya, termasuk Umar bin Khattab,
masih tidak ada apa‑apanya, apalagi kalau dibandingkan dengan kita. Ini
menunjukkan betapa sangat berlebih‑lebihannya ibadah mereka.
4. Keras
terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lainnya (التشدد
على المسلمين والترخص على غيرهم)
Hadits
Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mereka mudah membunuh orang Islam, tetapi
membiarkan penyembali berhala. Ibnu Abdil Bar meriwayatkan, “Ketika Abdullah
bin Habbab bin Al‑Art berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij
dan mereka meminta kepada Abdullah untuk menyampaikan hadits‑hadits yang
didengar dari Rasulullah saw., kemudian Abdullah menyampaikan hadits tentang
terjadinya fitnah,
القاعد
فيها خير من القائم والقائم فيها خير من الماشي
“Yang duduk
pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang
berjalan….”
Mereka
bertanya, “Apakah Anda mendengar ini dari Rasulullah?” “Ya,” jawab Abdullah.
Maka serta-merta mereka langsung memenggal Abdullah. Dan isterinya dibunuh
dengan mengeluarkan janin dari perutnya.
Di sisi lain
tatkala mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh kemudian salah
seorang dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain mengingatkan bahwa
kurma itu bukan miliknya, langsung saja orang itu memuntahkan kurma yang
dimakannya. Dan ketika mereka di Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh,
tapi setelah diingatkan bahwa babi itu milik orang kafir ahli dzimmah, langsung
saja yang membunuh babi tadi mencari orang yang mempunyai babi tersebut,
meminta maaf dan membayar tebusan.
5. Sedikit
pengalamannya (قلة التجربة)
Hal ini
digambarkan dalam hadits bahwa orang‑orang Khawarij umurnya masih muda‑muda
yang hanya mempunyai bekal semangat.
6. Sedikit
pemahamannya (قلة الفقه)
Disebutkan
dalam hadits dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada
manusia untuk mengamalkan Al‑Qur’an dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri
tidak mengamalkannya dan tidak memahaminya. Merasa bahwa Al‑Qur’an akan
menolongnya di akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya.
7. Nilai
Khawarij
Orang‑orang
Khawarij keluar dari Islam sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw., “Mereka
keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.”
8. Fenomena
Khawarij
Mereka akan
senantiasa ada sampai hari kiamat. “Mereka akan senantiasa keluar sampai yang
terakhir keluar bersama Al‑Masih Ad‑Dajjal”
9. Kedudukan
Khawarij
Kedudukan
mereka sangat rendah. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di
akhirat disebut sebagai anjing neraka.
10. Sikap
terhadap Khawarij
Rasulullah saw.
menyuruh kita untuk membunuh jika menjumpai mereka. “Jika engkau bertemu dengan
mereka, maka bunuhlah mereka.”
0 komentar:
Posting Komentar