Salah satu
karakteristik siswa adalah gaya kognitf. Gaya kognitif merupakan cara siswa
yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, mupun kebiasaan yang
berhubungan dengan lingkungan belajar (James. W. Keefe, 1987:3-4).
Gaya kognitif
merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam merancang pembelajaran (Bruce Joyce, 1992:241). Pengetahuan
tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi
pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan
adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode
pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai
dengan pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi
pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu.
Beberapa batasan
para ahli tentang gaya kognitif tersebut di antaranya Witkin mengemukakan bahwa
gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar. Sedangkan Messich,
mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan kebiasaan seseorang dalam memproses
informasi. Sementara keefe mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian
dari gaya belajar yang menggambarkan kebiasaan berperilaku yang relatif tetap
dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun
dalam menyimpan informasi. Ahli lain seperti Ausburn merumuskan bahwa gaya
kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan
pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Shirley dan Rita
menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berfikir,
merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Informasi yang
tersusun baik, rapi, dan sistematis lebih mudah diterima oleh individu
tertentu. Individu lain lebih mudah menerima informasi yang tersusun tidak
terlalu rapi dan tidak terlalu sistematis.
Sebagai
karakteristik perilaku, gaya kognitif berada pada lintasan kemampuan dan kepribadian
serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media. Gaya kognitif
menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap satu
tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan
tertentu. Sebagai karakteristik perilaku, karakteristik individu yang memiliki
gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi
individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan perbedaan
kemampuan yang dimiliki lebih besar.
Setiap individu
mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd menyatakan bahwa
gaya kognitif adalah langkah individu dalam memproses informasi melalui
strategi responsif atas tugas yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk
menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk
melihat, mengenal, dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih
cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi sebagai respon terhadap
stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespon dan ada pula yang
lambat. Cara-cara merespon ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas
personal (Anita E. Woolfolk, 1993:128).
Selanjutnya
menurut Woolfolk bahwa gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan variasi
individu dalam hal perhatian, penerimaan informasi, mengingat, dan berfikir
yang muncul atau berbeda diantara kognisi dan kepribadian. Gaya kognitif
merupakan pola yang terbentuk dengan cara mereka memproses informasi, cenderung
stabil meskipun belum tentu tidak dapat berubah. Pada umumnya gaya kognitif
dicapai dan terpola dalam waktu yang lama sebagai suatu kontinum. Blacman dan
Goldstein, juga Kominski sebagaimana diutarakan Woolfolk menjelaskan bahwa
banyak variasi gaya kognitif yang banyak diminati para pendidik, dan mereka
membedakan gaya kognitif berdasarkan dimensi, yakni (a) perbedaan aspek
psikologis, yang terdiri dari field independence (FI) dan field
dependence (FD), (b) waktu pemahaman konsep, yang terdiri dari gaya impulsive
dan gaya reflecive.
Selanjutnya Keefe
agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi yang kognitif.
Menurut Keefe, gaya kogntif dapat dipilih dalam dua kelompok yaitu gaya dalam
menerima informasi (Reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep
dan retensi (Concept Formation and retention style). Gaya dalam menerima
informasi lebih berkaitan dengan resepsi dan analisis data, sedangkan dalam
gaya pembentukan konsep dan retensi mengacu pada perumusan hipotesis, pemecahan
masalah, dan proses ingatan. Keefe juga menambahkan, bahwa gaya kognitif
merupakan bagian dari gaya belajar, dan gaya belajar berhubungan (namun
berbeda) dengan kemampuan intelektual terdapat perbedaan antara kemampuan (ablity)
dan gaya (style) kemampuan mengacu pada isi kognisi yang menyatakan
macam informasi apa yang telah diproses, dengan langkah bagaimana, dan dalam
bentuk apa. Sedangkan gaya lebih mengacu pada proses kognisi yang menyatakan
bahwa isi informasi tersebut diproses.
Kedudukan gaya
kognitif dalam proses pembelajaran tidak dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan
pandangan Reigeluth bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif merupakan
salah satu karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi pembelajaran,
disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat,
kemampuan berfikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa,
kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru
atau perancang pembelajaran, sebab rancangan pembelajaran yang diusung dengan
mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan
seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran
tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan
dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.
L.B. Resnick and A.
Collins (1996:121) mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses
kognitif sangat erat hubungannya dengan karateristik proses kognitif siswa.
Dengan demikian, meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan
perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan
pembelajaran pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks,
sebelum rancangan disusun hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah
mengadakan pengetesan terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada
pengetesan tentang gaya kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif tersebut,
guru atau perancang pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif siswa
tersebut sebagaimana diuraikan diatas.
Teori tentang
pemrosesan informasi banyak membahas macam dan peran ingatan, diantaranya peran
ingatan sesaat (Short-term memory) dan ingatan angka panjang (Long-term
memory). Informasi dalam ingatan sesaat lebih cepat dilupakan dibandingkan
dengan informasi yang dapat terolah dan terbentuk menjadi bagian dalam ingatan
jangka panjang. Informasi yang masuk dalam memori jangka panjang akan menjadi
pengetahuan seseorang serta meningkatkan kemampuan kognitif seseorang. Kajian
tentang hubungan pemrosesan informasi dengan penyampaian pembelajaran melalui
penyajian visualisasi serta benda-benda geometri dan atau benda-benda spasial
dalam meningkatkan kemampuan kognitif, banyak dilakukan para pakar antara lain
Solso, Rainis, dan Susan. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa terjadi
perbedaan varians tentang kemampuan kognitif untuk memahami bentuk-bentuk
giomerti atau spasial.
Selanjutnya,
begaimana peran gaya kognitif dalam proses pembelajaran? Mengacu dari pandangan
para pakar tentang dimensi gaya kognitif diatas menurut Woolfolk bahwa
implementasinya dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Seseorang siswa yang memiliki gaya kognitif
field dependence (FD), global perseptual merasakan beban yang
berat sukar memproses, mudah mempersepsi apabila informasi di manipulasi sesuai
dengan konteksnya. Seorang yang memiliki diverensiasi psikologis field
independence (FI), artikulasi akan mempersepsi secara analitis. Ia akan
dapat memisahkan stimuli dalam konteksnya, tetapi persepsinyalemah ketika terjadi
perubahan konteks. Namun, diferensi psikologis dapat diperbaiki melalui situasi
yang bervariasi. Individu pada kategori FI biasanya menggunakan faktor-faktor
internal sebagai arahan dalam mengolah informasi. Orang yang FI mengerjakan
tugas secara tidak berurutan dan merasa efisien bekerja sendiri.
Gaya kognitif memiliki
nilai adaptif yang bervariasi dari budayanya dan situasi sosial. Dalam situasi
sosial orang yang FD umumnya lebih tertarik mengamati kerangka situasi sosial,
memahami wajah/cinta orang lain tertarik pada proses pesan-pesan verbal dengan social
conteint, lebih besar memperhitungkan kondisi sosial eksternal sebagai feeling
dan bersikap. Pada situasi sosial tertentu orang FD cenderung lebih bersikap
baik, antara lain bisa bersifat hangat, mudah bergaul, ramah, responsif, selalu
ingin tahu lebih banyak, jika di bandingkan dengan orang FI. Orang yang FI,
dalam situasi sosial sebaiknya merasa ada tekanan dari luar (eksternal pressure),
dan menanggapi situasi secara dingin, ada jarak, tidak sensitif. Selain gaya
kognitif FD dan FI yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik siswa, gaya
kognitif lain yang tidak kalah pentingnya adala dimensi gaya kognitif spesial
(GR) dan gaya kognitif analitis (GA). Dimensi gaya kognitif GR berkaitan dengan
pembentukan imajinasi tentang objek luar dalam pikiran, sedangkan dimensi gaya
kognitif GA berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menganalisis secara
kritis dalam memecahkan masalah. Selanjutnya menurut Salomon sebagaimana yang dikutip
Keefe bahwa dimensi GR dapat diperkuat atau ditumbuhkan melalui strategi
pembelajaran yang menggunakan sajian gambar. Sajian pembelajaran seperti ini
dalam pembelajaran matematika banyak ditemukan terutama pada unit geometri.
Kaitannya dalam strategi pengorganisasian pembelajaran model elaborasi yang
dikaji dalam penelitian ini adalah dengan penyajian kerangka isi, mengelaborasi
serta memberikan sintesis setiap pembelajaran, mendorong siswa untuk
mengembangkan pikirannya dalam melahirkan imajinasi dan menggambarkan materi
pelajaran yang dipelajarinya. Sedangkan dalam strategi pengorganisasian
pembelajaran buku teks yang dicirikan oleh kejelasan topik, rangkuman,
prasyarat materi, penataan isi, dukungan tabel dan gambar serta penonjolan
hal-hal yang esensial, mendorong siswa agar dapat mengembangkan imajinasi untuk
memahami tentang objek yang dipelajari.
Berdasarkan urian
tentang gaya kognitif tersebut, dapat diketahui bahwa gaya kognitif dapat
dipandang sebagai satu variabel dalam pembelajaran. Dalam hal ini, kedudukannya
merupakan variabel karakteristik siswa, dan keberadaannya bersifat internal.
Artinya gaya kognitif merupakan kapabilitas seseorang yang berkembang seiring
dengan perkembangan kecerdasannya. Bagi siswa, gaya kognitif tersebut sifatnya given
dan dapat berpengaruh pada hasil belajar mereka. Dalam hal ini, siswa yang
memiliki gaya kognitif tertentu memerlukan strategi pembelajaran tertentu pula
untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Penelitian lain
sebagaimana dilakukan oleh Degeng dan Sukaryana yang melibatkan tiga variabel,
yakni strategi pembelajaran model elaborasi sebagai variabel bebas. Gaya
kognitif dan motivasi berprestasi merupakan variabel moderat atau variabel
atribut, sedangkan variabel kriterium adalah hasil belajar dan retensi. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa (1) mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI
lebih unggul dari FD dalam memperoleh belajar. Hal yang sama berlaku pula pada
retensi belajar, (2) mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih
unggul perolehan pelajar dan retensi belajar daripada mahasiswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah, dan (3) strategi pembelajaran model elaborasi
tuntas lebih baik jika dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional dalam
perolehan belajar dan retensi, dan (4) terdapat interasi antara ketiga variabel
yang diteliti. Bagaimana dalam konteks penelitian ini? Sebagaiaimana telah
diungkapkan diatas, bahwa strategi pengorganisasian pembelajaran yang dikaji
adalah strategi pengorganisasian pembelajaran elaborasi dan pengorganisasian
buku teks, sedangkan gaya kognitif yang dilibatkan adalah Gaya Kognitif Spasial
Tinggi (GKST) dan Gaya Kognitif Spasial Rendah (GKSR).
Gaya kognitif,
baik GKST maupun GKSR inidapat digunakan untuk melihat seberapa kecepatan dalam
memproses informasi ini tidak untuk menentukan baik atau buruk, tetapi
menekankan kekuatan atau kelemahan yang nantinya akan hal yang perlu
dipertimbangkan guru dalam merancang strategi pembelajaran. Atau dengan kata
lain, strategi pembelajaran yang bagaimana yang cocok untuk diberikan kepada
kelompok-kelompok siswa yang memiliki GKST dan strategi pembelajaran yang
bagaimana yang cocok untuk kelompok siswa yang memiliki GKSR.
Noel antwistle
menguraikan bahwa karakteristik siswa yang memiliki gaya kognitif spasial
dicirikan oleh beberapa hal antara lain (a) dalam berfikir selalu imajinatif,
(b) cepat berfikir jika dihadapkan pada masalah yang abstrak, (c) saat menerima
informasi, dipecahkan dengan menyertakan peran citra mental, (d) menganalisis
objek yang visual, selalu melihat akibatnya, (e) tidak mudah terpengaruh oleh
kritik, (f) selalu mempertimbangkan resiko, (g) memecahkan masalah dapat
dilakukan dengan cepat jika disertai dengan gambar, tabel atau grafik, (h)
dalam mengerjakan tugas tidak diperlukan bimbingan secara rinci, dan (i)
memiliki rotasi mental yang tinggi.
Kemp memberikan
ciri individu yang memiliki gaya kognitif spasial cenderung (1) bercipta yang
dapat menghasilkan, (2) mampu menciptakan gubahan musik, (3) mampu merancang
karya seni, dan (4) mampu merekayasa suatu bangunan.
Perbedaan
karakteristik kedua gaya kognitif GKST dan GKSR tersebut tentunya menyebabkan
perbedaan penerimaan informasi dalam proses pembelajaran. Hal ini mendorong
guru untuk senantiasa melakukan strategi pembelajaran yang berbeda kepada
kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif yang berbeda. Dengan demikian,
akibat perbedaan gaya kognitif serta perbedaan strategi pembelajaran juga
berpengaruh pada hasil belajar.
artikelnya bagus izin copi ya..
BalasHapusartikelnya oke, boleh donk skalian dicantumin dapusnya
BalasHapusseandainya ada daftar pustakanya hehehe
BalasHapus